By. Rizka Ayu Ramadhani
Purbalingga, 14 April
2017-04-15
Malam yang tertutup asap
kabut,
Menemaniku di pojok ruang
ini
Layaknya cemara merindu
purnama..
Dalam gelap malam,
Cahaya lampu kecilpun,
takkan mampu memancarkan
cahayanya
Ku tak ingin merampungkan
kesunyian ini,
Kesunyian yang membakar
memoriku..
Hingga rindu ini melumut,
Dari pelosok tempat,
Ku mengintip sang surya di
pagi hari..
Siluet yang indah menentramkan
hati ini..
Senyum sungging tersirat
dari sosok pembawa lentera..
Dari perjalanan yang
membawa timbun puisi,
Untuk keteduhan mimpi..
Langkah kaki yang hening,
Tatapan yang membuatku
takjub...
Kaulah bintang yang
terangi malamku,
Kaulah matahari yang
menyinari hariku,
Dan kaulah air yang selalu
sirami hati ini,
Senyummu takkan pernah redup,
Kasihmu kan ku kenang
hingga akhir khayat...
Darimu,
Ku temukan hidupku..
Saat ku ragu akan penantian
sang pembawa lentera,
Saat itu pula musim gugur
kembali,
Sajak sang angin masih
terngiang di benakku..
Kau Tahu..?
Aku lelah...
Lemah...
Dan tak berdaya..
Biarkan rasa ini tetap
bersemayam di hati...
Layaknya angin kencang dan
berirama,
Terbangkan senja dan
lembaran asing pada buku harian..
Bagaikan dengus gurun
pasir,
Dalam putihnya waktu dan
hitamnya malam,
Butir butir keringatmu
takkan kau hiraukan..
Bagaikan alunan melodi,
Suara kayu dan ranting
yang bergesekan dan memecahkan kesunyian...
Deru nafasmu semakin
melemah tak membuatmu putus asa..
Semangatmu yang membuatku
teringat padamu...
Meski bibirmu terus
terbungkam,
Rambutmu yang beruban tak menghalangi
langkamu,
Meski harus tertatih
sekalipun...
Kaulah embun pagiku...
Petuah-petuah yang kau
tulis sebagai puisi,
Kan ku ingat selalu
Saat ku catat tentang
kerinduanku,
Penaku
takkan pernah berhenti mencatat syair tentangmu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar