Rizka Ayu Mika (Gadis Teratai)
Rabu, 07 Juni 2017
Selasa, 25 April 2017
ROMANSA EKSPEKTASI
By. Rizka Ayu Ramadhani
Purbalingga, 26 April 2016
Tusukan sang angin,
mengagetkan tulang rusuk...
Diam dan bisuku,
Menjadi saksi...
Antara ketidaktahuan,
Saat krisantemum keindahannya mulai memudar,
Saat mawar tak seharum dulu,
Saat matahari tak seindah dulu,
Saat itu pula jari ini tertancap kerikil tajam...
Kau tahu?
Layaknya sang merpati denga pasangannya,
Aku bisa mencintaimu dengan sederhana,
Namun...
Takdir yang memaksa cinta ini kering,
Tandus...
Dan tak betuan..
Bagaikan sinar sang fajar menyentuh di dedaunan,
Tajamnya pisau yang menghujam intuisiku,
Menyelami ekspektasi belaka...
Membuat isyarat penuh makna...
Disaat melati mugkin lebih wangi,
Namun aku tetap menjadi teratai yang lebih indah...
Kau tahu?
Ku arungi muara dan ku selami samudera,
Ratapi detak jam yang mulai berputar,
Hingga aku merasa perih saat api mulai membara...
Kasih...
Aku dan sunyiku,
Merangkak mencari kepastian,
Menunggu di bukit sabana tanpa makhluk...
Kasih...
Aku masih menggoreskan pena hitam,
Untuk mengenang kisah indah bersamamu...
Minggu, 23 April 2017
GORESAN PENA UNTUK SANG ANGIN
By. Rizka Ayu Ramadhani
Purbalingga, 14 April
2017-04-15
Malam yang tertutup asap
kabut,
Menemaniku di pojok ruang
ini
Layaknya cemara merindu
purnama..
Dalam gelap malam,
Cahaya lampu kecilpun,
takkan mampu memancarkan
cahayanya
Ku tak ingin merampungkan
kesunyian ini,
Kesunyian yang membakar
memoriku..
Hingga rindu ini melumut,
Dari pelosok tempat,
Ku mengintip sang surya di
pagi hari..
Siluet yang indah menentramkan
hati ini..
Senyum sungging tersirat
dari sosok pembawa lentera..
Dari perjalanan yang
membawa timbun puisi,
Untuk keteduhan mimpi..
Langkah kaki yang hening,
Tatapan yang membuatku
takjub...
Kaulah bintang yang
terangi malamku,
Kaulah matahari yang
menyinari hariku,
Dan kaulah air yang selalu
sirami hati ini,
Senyummu takkan pernah redup,
Kasihmu kan ku kenang
hingga akhir khayat...
Darimu,
Ku temukan hidupku..
Saat ku ragu akan penantian
sang pembawa lentera,
Saat itu pula musim gugur
kembali,
Sajak sang angin masih
terngiang di benakku..
Kau Tahu..?
Aku lelah...
Lemah...
Dan tak berdaya..
Biarkan rasa ini tetap
bersemayam di hati...
Layaknya angin kencang dan
berirama,
Terbangkan senja dan
lembaran asing pada buku harian..
Bagaikan dengus gurun
pasir,
Dalam putihnya waktu dan
hitamnya malam,
Butir butir keringatmu
takkan kau hiraukan..
Bagaikan alunan melodi,
Suara kayu dan ranting
yang bergesekan dan memecahkan kesunyian...
Deru nafasmu semakin
melemah tak membuatmu putus asa..
Semangatmu yang membuatku
teringat padamu...
Meski bibirmu terus
terbungkam,
Rambutmu yang beruban tak menghalangi
langkamu,
Meski harus tertatih
sekalipun...
Kaulah embun pagiku...
Petuah-petuah yang kau
tulis sebagai puisi,
Kan ku ingat selalu
Saat ku catat tentang
kerinduanku,
Penaku
takkan pernah berhenti mencatat syair tentangmu...
IMAJI SANG TERATAI
By.
Rizka Ayu Ramadhani
Purbalingga,
17 April 2017
Dalam dinginnya malam
Terpaan sang angin
membangunkan dari lorong waktu
Seorang pertapa kecil
tenggelam bersama penyesalan
Layaknya angin yang menari
nari
Sang takdirpun berlari mengikutinya
Bagaikan suara detak gerimis
yang jatuh terdengar menyenangkan
Dan bulir gerimis itu indah
jika menetes titik demi titik
Suara merdu sang pemberi
petuah masih terlintas imaji
Indah dan selalu membekas
hingga esok
Anganku melayang...
Andai aku punya sayap
Aku akan terbang setinggi
bintang di langit
Andai aku jadi awan
Aku akan pergi searah dengan
angin
Andai aku terbangun dari
tidur panjangku
Aku akan menjadi seuntai
mawar yang menyerbakkan aroma wewangian
Layaknya gesekan lidi besar
Yang menghantam satu juta
daun daun kering
Dan desakan juta pasir yang
meluruh dalam irama
Hingga detik ini
Teratai hanya menjadi
fatamorgana
Takkan menampakkan sinarnya
Sampai rintik hujan datang
untuk memberi petuah
Usang...
Kusam...
Kotor...
Dan tak terawat...
Namun dia sanggup bertahan di
tengah rimbunan alam liar sekalipun...
Ketika detak jam terhenti,
Ketika matahari terbenam,
Dan bulan sabit
memperlihatkan keindahaannya,
Aku ingin seperti matahari..
Yang selalu menyinari dunia,
Aku ingin seperti bintang..
Yang selalu bersinar di malam
hari,
Aku ingin seperti burung yang
selalu mengepakkan sayapnya..
Namun...
Aku hayalah teratai liar yang
tertinggal dan yang ditinggalkan
Yang mencari setetes air
Hingga kini,
Aku masih menjejakkan kaki,
Dan menari angkuh di atas kaki
gunung,
Jiwaku bergejolak..
Asaku berkelana..
Mencari intuisiku..
Tanpa terasa,
Buliran salju jatuh di
pelupuk mata ini kembali terjatuh,
Tangisku menggema hingga
ujung koridor,
Menunggu seonggok alpha ,
Menemani kesepian dan
kesendirian ku,
Kau tahu??
Andai-andaiku hanyalah
seuntai kisah di hari esok...
Senin, 06 Maret 2017
HARAPAN SAJAK SANG ANGIN
By.Rizka Ayu Mika
Purbalingga,02 Maret 2017
Dalam
kegelapan malam dan kesunyian ruang ini,
Ku temukan
sang angin
Hembusannya menyadarkanku
dari kesendirianku,
Langkahnya
membangunanku dari mimpi burukku,
Dan
membagikan kesejukan dalam palung jiwaku,
Lembayung
kuning menyinari paras yang rupawan..
Yang
memancarkan keindahan tiada tara..
Hingga ku tak
dapat memalingkan tatapanku,
Senang...
Indah...
Penuh canda
dan tawa...
Hati ini
bagaikan di musim semi,
Saat sang
mawar menyerbakkan aroma wangi..
Saat sang
ombak ,menggulung dari kejauhan..
Dan saat itu
pula kau menemaniku dalam suka dan duka...
Kau cahaya
dalam hidupku,
Kau
penyemangat dalam hidupku,
Cintaku
takkan pernah pudar dimakan sang waktu...
Namun,
Rasa ini
datang terlambat,
Angin tlah
menghilang bergantikan
Dengan awan
hitam yang menggumpal dan rintik hujan,
Rasa ini
hampir mati...
Hampa...
Kosong...
Ku
mengharapkanmu kembali,
Entah
kapan...
Kau kembali,
Ku tetap
menunggumu,
Menanti
hembusan sang angin menyeka helai demi helai rambutku,
Angin...
Tetaplah menjadi
angin yang dulu ku kenal,
Dan tetaplah
bersamaku meski kini hanya angan belaka...
Sabtu, 25 Februari 2017
Jumat, 03 Februari 2017
RENUNGAN SANG TERATAI
By. Rizka Ayu Ramadhani
Purbalingga,
3 Februari 2017
18.45
WIB
Lantunan
percikan air dan rintik hujan,
Menemaniku
di malam yang sunyi dan sepi ini
Angin
malam meniupkan tiap helai rambutku..
Entahlah
berapa jam lagi aku merenung,
Hingga
jam pasir pada tetes terakhir..
Sembari
mengukir pena hitam,
Ku
teringat kenangan saat bersamamu
Ku
tertegun dalam lamunanku,
dengan harap pasti kau menemuiku
Kau
tahu?
Bagaikan
di musim semi,
Bunga-bunga
yang indah selalu menemaniku
Kau
ada di saat ku membutuhkanmu
Kau
menghentikan deru nafas ini untuk sesaat
Pesona
indah senyummu,
Cemerlang
bola matamu,
Wajahmu
memancarkan cahaya yang suci
Layaknya
digurun pasir,
Kau hadir hanya fatamorgana belaka
Sebelum
kau tahu cinta ini hanya untukmu
Meski
tlah berakhir cerita kita,
Kan
ku simpan namamu selamanya...
Kasih
kau tahu?
Syair
ini ku tuliskan untukmu..
Sebagai
tanda rasa cintaku padamu
Masa
demi masa tlah kita lalui bersama
Hingga
ku tlah biarkan rasa ini hadir...
Mungkin
ini hanya anganku,
Kau
pasti tahu hancurnya hatiku..
Saat
sang teratai memancarkan ke indahan
Hingga
teratai menguning dan layu,
Bagaikan
cinta tak ber Tuan...
Perih...
Pedih...
Sakit...
Nafas
ini kembali sesak,
Jerit
tangis dan tawamu masih terngiang di benakku
Terlintas
sepi...
Mungkin
kau hanya memberi harapan palsu,
Ku
mencoba merelakanmu..
Perlahan
ku melupakanmu..
Demi
sahabat sejatiku,
Dosakah
aku Tuhan?
Aku
tlah mencintainya...
Angin,
Kau
tahu?
Ku
masih di sini merangkai indah bunga musin semi,
Tetaplah
menjadi angin malamku..
Selama
hati ini masih dapat merasakan,
Selama
mata ini dapat melihat,
Selama
denyut nadi itu masih ada,
Selama
itu pula ku masih mengharapkan kau kembali..
Sampai
akhir hidup ini...
Kamis, 02 Februari 2017
Langganan:
Postingan (Atom)